Realita Kehidupan Anak Jalanan Indonesia
Tanpa disadari kehidupan anak jalanan mulai tak diperhatikan seiring dengan
rusaknya sistem pemerintahan yang diberlakukan saat ini. Hal ini menjadi
sorotan berbagai macam media,dari media cetak maupun elektronik. Kehidupan anak
jalanan mulai terabaikan, padahal telah diatur dalam undang-undang tentang pemeliharaan
anak-anak terlantar serta fakir miskin. Dengan dasar tersebut perlu perhatian
khusus dari pemerintah untuk menangani kasus-kasus seperti ini. Dengan
pelaksaan ini maka tindak kejahatan dan penganiayaan bagi anak-anak terlantar
bisa dikurangi serta membentuk karakter anak jalanan agar hidup lebih baik.Manusia mempunyai mimpi yang indah, seperti hidup yang berkecukupan, apa yang dicita-citakan menjadi nyata, dan lain-lain mimpi indah yang diinginkan oleh manusia. Tapi itu wajar, manusia memiliki sikap yang terkadang egois, mau menang sendiri, merasa benar, tak ingin bersusah payah untuk mendapatkan sesuatu yang mereka harapkan. Tetapi cobalah tengok saudara-saudara kita yang ada diluar sana, jauh dari harapan dan mimpi-mimpi. Inilah tugas para petinggi-petinggi yang duduk dikursi pemerintahan untuk menyelesaikan kasus atau bisa disebut fenomena-fenomena kehidupan ini.
Namun ditengah kondisi Negara yang tengah dihantam krisis ekonomi yang membuat sebagian orang bingung karena keadaan ini, masih dapat kita lihat anak-anak jalanan yang seharusnya mereka menuntut ilmu demi cita-cita mereka harus mengubur dalam-dalam mimpi mereka demi sesuap nasi. Inilah fenomena yang dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, bias kita temukan di perempatan lampu merah, ada juga yang mendatangi satu rumah ke rumah yang lain. Hal itu mereka lakukan demi mencukupi kehidupan mereka sehari-hari, demi untuk sesuap nasi mereka mengorbankan semuanya.
Bagi kita, remaja yang memiliki orang tua berkecukupan, tentu kehidupan ini bisa dilalui dengan indah. Apalagi yang bisa mengecap ?nikmatnya? bangku sekolah.
Selain bisa mendapatkan pendidikan sebagai bekal masa depan, kita juga bias merasakan romantika remaja di sekolahan. Kata sebagian orang sih, nantinya kenangan yang paling dikenang adalah masa-masa indah di sekolah.
Namun bagaimana mereka yang tidak bisa mengenyam kehidupan yang menyenangkan seperti remaja lain? Padahal di sekeliling kita begitu banyak remaja yang orang tuanya tak mampu, bahkan tidak punya sama sekali. Seperti dikutip dalam kompas(2010) Sapri misalnya, seorang anak jalanan yang ditemui di dekat masjid Almarkaz Al Islami, belum lama ini. Kehidupan lelaki tangguh berusia 16 tahun ini adalah potret sisi lain kehidupan remaja masa kini yang benar-benar berbeda. Hari-hari Sapri lebih banyak dihabiskan di jalanan. Tak ada waktu untuk ikut meramaikan kegiatan remaja di anjungan Pantai Losari maupun tempat hiburan lainnya. Apalagi untuk shopping di toko-toko distro dan berburu pakaian model terbaru. Sapri juga tak melanjutkan sekolah sehabis tamat SD. Alasan ekonomi katanya. Karena itu, Sapri pun terjun ke dunia kerja. Waktunya tersita untuk bekerja dan mengumpulkan rupiah. Tak ada euforia berlebihan dan warna-warni kehidupan remaja masa kini di dirinya. Matanya nanar ketika menceritakan itu.
Dalam hal ini siapa yang salah? Ini menjadi sebuah pertanyaan yang besar, seharusnya anak jalanan atau orang tak mampu itu memang urusannya negara. Namun dinegara kita tak mungkin berharap untuk itu dibeberapa daerah sudah banyak lembaga swadaya yang melakukan bakti sosial untuk anak-anak jalanan, menyekolahkan mereka, atau mengajari membaca dan banyak kegiatan keterampilan lainnya dengan tujuan agar nantinya anak-anak ini siap untuk bisa terjun kedunia kerja dengan modal keterampilan yang dipelajari. Namun ada yg berhasil namun banyak juga yang tidak, karena mereka tak ingin terikat sudah merasa enak hidup bebas tanpa aturan. Ini yang menjadi sorotan kita bersama, menjadi tanggung jawab kita bersama untuk membantu mereka.
Dari uraian di atas bisa memberikan pemikiran untuk mengatasi masalah-masalah sosial yang muncul disekitar kita. Semoga pemikiran ini dapat menjadi gagasan untuk hidup yang lebih baik lagi
Peran Pemerintah Menangani Anak Jalanan
Pemerintah dalam hal ini mereka tutup mata dan tutup telinga tentang permasalahan anak jalanan, mereka lebih sibuk mengurusi masalah politik serta masalah-masalah yang muncul akibat ulah mereka sendiri, padahal dalam UUD 1945 pasal 34 berbunyi “Fakir Miskin dan anak – anak yang terlantar dipelihara oleh Negara”
UUD 1945 Pasal 34 Ayat 1 tersebut mempunyai makna bahwa anak-anak jalanan dipelihara atau diberdayakan oleh negara yang dilaksanakan oleh pemerintah. Fakir ialah orang yang tidak berdaya karena tidak mempunyai pekerjaan apalagi penghasilan, dan juga mereka tidak mempunyai sanak saudara di bumi ini. Miskin ialah orang yang sudah memiliki penghasilan tapi tidak mencukupi pengeluaran kebutuhan mereka, tapi mereka masih mempunyai keluarga yang sekiranya masih mampu membantu mereka yang miskin. Jadi Fakir miskin dapat dikatakan orang yang harus kita bantu kehidupannya dan pemerintahlah yang seharusnya lebih peka akan keberadaan mereka. Namun ada juga istilah bahwa peraturan itu dibuat untuk dilanggar, ini yang menjadi suatu kesalahan besar. Pemerintah harus peka dalam masalah ini, namun apa yang tertulus di undang-undang tak seperti dalam praktek sehari-hari.
Akibat pemerintah tidak menjalankan amanat UUD 1945 dengan sungguh – sungguh, banyak sekali dari anak jalanan yang menjadi korban kejahatan, lihat saja kasus mutilasi anak jalanan di daerah pulogadung, tragis memang tapi itulah yang terjadi , selain itu anak jalanan juga dimanfaatkan oleh pihak – pihak yang tidak bertanggung jawab, demi kepentingan pihak tersebut dengan membisniskan mereka untuk meningkatkan kesejahteraan pihak tersebut dan pelecehan seksual, acapkali terjadi terhadap gepeng dan anak jalanan. Andai saja pemerintah mau memperhatikan dan memberdayakan secara sungguh – sungguh mungkin hal yang buruk itu tidak terjadi bahkan angka kemiskinan akan berkurang.
Mungkin istilah peraturan dibuat untuk dilanggar itu tepat, inilah penggambaran Indonesia saat ini, korupsi merajalela sedangkan banyak saudara-saudara kita yang membutuhkan pertolongan. Entah kapan ini akan berakhir, kitalah yang harus melakukan sebuah regenerasi terhadap bangsa ini. Anak jalanan merupakan generasi penerus yang harusnya difasilitasi dan dipelihara oleh negara. Inilah potret nyata bangsa kita, tak mungkin bisa pungkiri bahwa ini semua terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Kitalah sebagai generasi penerus bangsa yang harus merubah atau meregenerasi sistem yang sudah menjadi akar permasalahan negara ini.
Semoga tulisan ini menjadi alat pacu pemerintah dan kita semua untuk menjalankan amanat UUD 1945, agar semua berjalan dengan semestinya dan teratur, bukankah hidup terasa lebih indah bila semua itu telah berjalan dengan semestinya.
Anak Jalanan Sebagai Obyek Eksploitasi
Inilah akibat yang muncul, ketika anak-anak jalanan tak diperhatikan oleh pemerintah, mereka dijadikan obyek eksploitasi. Sebagai contoh pelecehan seksual, mutilasi, dan lain-lain. Mereka seperti boneka yang bisa dipaksa untuk dijadikan obyek bagi mereka, para pihak-pihak yang tak bertanggung jawab. Padahal kepada merekalah tongkat estafet kepemimpinan bangsa ini diberikan, tetapi mereka dijadikan obyek eksploitasi. Inilah masalah yang pokok dalam hal ini, banyak lagi masalah tentang anak jalanan yang muncul ketika para pemerintah enggan memperhatikan mereka.
Andai saja pemerintah lebih peka lagi dalam mengurus masalh ini, mungkin kasus ini takkan terjadi. Namun semua telah menjadi suatu kebiasaan, sebab pemerintah lebih asyik mengurusi kepentingan partai mereka, atau mengurusi politik yang tak mungkin pernah habis. Selain itu seandainya pemerintah mendirikan atau membuka lapangan kerja baru yang lebih banyak di pedesaan bukan hanya tersentralisasi pada daerah perkotaan, maka angka kemiskinan mungkin bisa ditekan dan anak jalanan akan lebih aman dan tak perlu ada eksploitasi terhadap anak-anak jalan itu lagi.
Inilah yang menjadi tugas rumah para pejabat-pejabat yang memegang kekuasaan bangsa ini. Agar mereka tak terpaku oleh kepentingan mereka sendiri, sehingga mampu menjalankan pemerintahan ini dengan baik, terstruktur, dan berjalan sesuai pada tempatnya. Sebab anak jalanan juga butuh diperhatikan, karena selamam ini mereka Cuma berharap agar pemerintah menjamin hidup mereka, tetapi di Negara Indonesia ini harapan mereka cuma menjadi sia-sia. Sebenarnya dalam hati anak-anak jalanan masih menggantung cita-cita mereka. Yang akan tercapai bila mereka bekerja keras, namu karena tuntutan ekonomilah para anak-anak jalanan ini harus bekerja. Semoga para pemerintah segera sadar dan terbangun dari mimpinya, agar lebih peka dalam maslah-masalah sosial yang timbul di negara yang tercinta ini.
Peran Lembaga Swadaya
Tanpa bisa dipungkiri bahwa lembaga swadaya yang bersifat bakti sosial ini juga turut berperan dalam perbaikan hidup para anak jalanan. Lembaga ini tak memikirkan untung ataupun rugi, tapi bersifat sosial untuk membantu saudara-saudara kita yang ada di luar sana. Mereka dapat mendanai anak-anak jalanan dari para donator yang memberi bantuan kepada lembaga swadaya. Seperti yang dikutip dalam Kompas (2010) bahwa lembaga swadaya di Jakarta mengumpulkan para anak-anak jalanan untuk diajari membaca, menulis, dan mengajari ketrampilan agar siap terjun kedunia kerja.
Lembaga-lembaga swadaya ini bekerja atas dasa sosial yang muncul dari hati nurani, tanpa menunggu kebijakan-kebijakan dar pemerintah yang terkadang memberatkan rakyat kecil, para dermawan dan para relawan ini dengan tekad membantu saudara-saudara kita yang berada di jalanan. Tak peduli panas atau hujan, untung atau rugi, mereka bekerja untuk kemanusiaan. Demi membantu saudara-saudara kita, mereka melakukannya dengan tulus tanpa mengeluh dan tanpa pamrih. Mereka juga bisa dikatakan pahlawan, sebab karena merekalah akan muncul bibit-bibit baru yang akan melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan bangsa ini, ditengah rusaknya dan karut marutnya bangsa ini mereka tetap bekrja dengan hati.
Mungkin ini bisa dijadikan suatu motivasi bagi kita, agar tak kalah dengan anak-anak jalanan yang berusaha untuk hidup lebih baik lagi. Kaena mungkin cap jelek dilekatkan pada anak-anak jalanan, tetapi tak semua anak jalanan seperti itu. Masih banyak yang menyimpan asa atau cita-cita mereka dalam hati mereka masing-masing, dan mereka percaya suatu saat akan tercapai berkat kerja keras mereka. Kita hargai semua perjuangan para dermawan serta para relawan yang dengan senang hati membantu sesame kita yang membutuhkan tanpa adanya instruksi dari pemerintah. Bersyukurlah kita yang telah berkecukupan, sebab masih banayak saudara-saudara kita yang kekuranagan dan membutuhkan pertolongan kita diluar sana
Dari paparan diatas dapat diambil kesimpulan, bahwa anak jalanan juga buth perhatian dari pemerintah. Sesuai dengan undang-undang yang telah dibuat, hal ini sanagat penting sebab peraturan dibuat untuk dijalankan bukan untuk dilanggar. Sebab dampak yang ditimbulakan sangat banyak, misalnya anak jalanan dijadikan obyek eksploitasi oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab. Sungguh perbuatan yang keji. Maka peran pemerintah sangat vital dan sangat dibutuhkan agar kejadian-kejadian tersebut tak terjadi lagi. Pemerintah juga harusnya membuka lapangan kerja di pedesaan bukan hanya tersentral pada perkotaan, bila itu telah terrealisasikan maka kejadian-kejadian yang takdiinginkan tak mungkin terjadi.
Selama ini pemerintah terkesan menutup mata dan telinga mereka, padahal peran mereka sangat vital. Harusnya kita bangga bahwa masih ada para dermawan dan relawan yang memperjuangkan mereka, para anak jalanan. Seperti lembaga swadaya yang memperjuangkan mereka, menampung mereka serta mengajarkan keterampilan pada anak-anak jalanan agar siap masuk ke dunia kerja, dan tak lagi menggantungkan hidupnya hanya di jalanan, tetapi juga karena kerja keras mereka yang dihargai oleh orang lain.
Untuk mewujudkannya perlu bukti nyata dari para pemerintah, bukan sekedar janji-janji belaka tetapi tindakan nyata yang dibutuhkan utuk menyelesaikan masalah sosial ini. Dengan membuka lapangan kerja baru, membuka panti sosial atau tempat perkumpulan anak-anak jalanan, agar mereka aman dan terlindungi, sehingga tak dijadikan obyek eksploitasi oleh pihak-pihak yang tak bertanggung jawab. Semoga ini dapat terrealisasi dan terwujud, agar anak Indonesia menjadi lebih baik lagi. Amin
Ulasan pemikiran:
Menurut saya artiker ini sangat peru di dokumentasikan karna saya sendiri sangat miris melihat banyaknya anak jalanan di indonesia yang semakin meningkat jumlahnya, anak sekitar 5 sampai 18 tahun yang kehidupan sehari harinya dijalanan dengan meminta belas kasihan denga orang lain, saya kira itu bisa di sebut anak jalanan. Anak jalanan sendiripun bisa di bilang kurangnya perhatian dari orang orang sekitar terutama pemirintah, menurut saya akibat dari anak jalanan ini adalah kurangnya tanggung jawab orang tua terhadap anak atau minimnya pendidikan dan finansial orang tua yang membuat mereka tidak paham bahwa pendidikan sangatlah penting bagi anak anak. Masyarakatpun seharusnya tidak memandang sebelah mata terhadap anak jalanan, sebaiknya anak anak jalanan yang liar ini dibina dengan baik paling tidak orang tuanya terlebih dahulu yang perlu kita beritahu betapa pentingnya peran orang tua terhadap anak, anak anak ini sebenarnya bisa menjadi penerus bangsa jika mendapakan pendidikan yang paling tidak cukup untuk mereka menggerti pendidikan,etika dan sopan santun.
URL* : https://benradit.wordpress.com/2012/05/16/realita-kehidupan-anak-jalanan-indonesia/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar